Anggota Komisi I DPR RI, Irjen Pol (Purn) Frederik Kalalembang mengaku prihatin atas kasus pabrik uang palsu di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang merupakan lingkungan pendidikan.
Kata dia, para pelaku pencetak uang palsu itu merupakan sindikat yang disinyalir sudah lama melakukan aktivitas ilegal tersebut.
"Tentunya kami sangat prihatin, apalagi itu dilakukan di dalam lembaga pendidikan kampus. Mereka ini sindikat, mungkin saja sudah lama melakukan itu karena sudah skala besar," kata Frederik saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Pinrang, Sulsel, Selasa (17/12/2024).
"Namanya manusia selalu mencari peluang. Di mana ada peluang besar, di situ mereka melakukan kejahatan seperti itu," tambah politisi asal Toraja ini.
Frederik meminta Polda Sulsel agar menyelidiki lebih dalam kasus ini dan mengungkap jaringan sindikat uang palsu di Sulsel.
"Saya kira teman-teman penyidik lebih tahu, saya tidak terlalu masuk ke sana. Mungkin saja punya jaringan, jadi ini harus diberantas semua," ungkapnya.
Dia pun mengapresiasi kinerja Polda Sulsel telah mengungkap kasus pabrik uang palsu itu.
"Kami tentunya mengapresiasi kinerja teman-teman kepolisian di sini, dan pastinya saya harap ini harus terus digencarkan," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, mengatakan awal mula terungkapnya kasus ini saat ditemukannya uang palsu senilai Rp500 ribu dengan emisi terbaru.
Pelaku ditangkap di wilayah Kecamatan Pallangga, Gowa, saat transaksi.
Dari penangkapan pelaku itu, polisi melakukan serangkaian penyelidikan dan pengembangan.
Alhasil, polisi mengungkap sejumlah barang bukti di Kampus II UIN Alauddin Makassar, Jalan HM Yasin Limpo, Kecamatan Somba Opu, Gowa.
Di lokasi tersebut, polisi menyita beberapa barang bukti berupa uang dan mesin cetak uang palsu.
"Kita kembangkan, sehingga kami temukan sejumlah Rp 446.700.000. Barang bukti yang kami temukan di salah satu kampus di Gowa," kata AKBP Reonald Simanjuntak, Senin (16/12/2024) malam.
Uang palsu tersebut, lanjut Reonald, dalam pecahan Rp 100 ribu.
"Pecahan uang palsu Rp100 ribu. Barang bukti lainnya masih ada," kata Reonald.
"Jadi sabar, mudah-mudahan dalam waktu singkat ini kami rilis kembali. Dan ini akan dirilis oleh Kapolda Sulsel langsung," jelasnya.
Pengungkapan pabrik dan peredaran uang palsu ini disebut terjadi pada awal Desember 2024.
Perkara ini terungkap berkat tim super gabungan yang dibentuk.
"Kami melakukan ini berdasarkan Joint Investigation. Penyidikan ini menggunakan teknologi atau Scientific Investigation," ucapnya.
Tim melibatkan labfor, bank BI, BRI, BNI, dan bantuan dari rektor UIN Alauddin Makassar.
"Ternyata alat dan barang bukti yang kami dapatkan ada di dalam kampus salah satu universitas ternama di Gowa," jelasnya.
Ada 100 jenis barang bukti disita, termasuk mesin pencetak uang palsu tersebut.
Selain barang bukti, pihak kepolisian juga mengamankan terduga pelaku Kepala Perpustakaan dan satu staf UIN Alauddin Makassar.
Hingga kini, lanjut AKBP Reonald Simanjuntak, 15 tersangka telah ditangkap.
Sembilan tersangka telah ditahan di Polres Gowa, sementara lima pelaku masih dalam perjalanan dari Mamuju dan satu pelaku dalam perjalanan dari Wajo ke Gowa.
"Sudah 15 tersangka ditangkap. Sembilan sudah kami tahan, lima dalam perjalanan dari Mamuju, satu perjalanan dari Wajo," jelasnya.
Mantan Kasat Reskrim Polrestabes Makassar ini tak menampik jika pelaku akan bertambah lagi.
"Mungkin masih ada lagi tersangka yang lanjutnya. Kami minta sabar, masih kami kembangkan," jelasnya.(ariady)
( sumber : toraja.newstribunnes.com )