fraksidemokrat.org—Pasuruan. Mengawali masa persidangan III tahun 2016, anggota MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Evi Zainal Abidin, BComm mensosialisasikan 4 pilar di Dapilnya, Jatim II. Seperti tampak pada Minggu (21/2/2016), ratusan peserta tampak memadati Gedung pertemuan KUTT Suka Makmur, Grati Pasuruan untuk mengikuti sosialisasi.
Dalam sosialisasi yang dihadiri oleh Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) se-Jawa Timur, anggota komisi XI DPR RI yang akrab disapa Mbak Evi oleh teman dan konstituennya ini memaparkan pasal 27 dan 28 UUD 1945 sebagai penjabaran sila kedua Pancasila yaitu, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang didalamnya menjelaskan bahwa negara menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk hidup dan mendapatkan keadilan.
Evi juga menyinggung isu yang banyak menyita perhatian masyarakat saat ini seperti mengenai persamaan hak kaum LGBT (Lesbian Gay Bisex Transgender). Mbak Evi mencermati kondisi pemberitaan dan liputan media yang cukup besar pada isu gerakan kaum LGBT yang kini gencar menyuarakan haknya.
“Kondisi ini perlu kita cermati bersama, apakah ada kaitannya dengan diluncurkannya program PBB yang ditujukan untuk penguatan LGBT. Program itu dikenal dengan sebutan “The being LGBT” yang menargetkan empat negara, yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, dan Cina,” kata Evi.
Menurutnya, sangat beralasan jika ada kekhawatiran di masyarakat terkait masalah ini. Topik diskriminasi yang muncul dalamwacana LGBT, harus benar-benar dicermati dan jangan sampai menjadi alat untuk mengaburkan pandangan.
‘’Seolah-olah banyak orang merasa berkepentingan untukbicara tentang diskriminasi. Siapa yang mendiskriminasi? Bagaimana dengan bentuk diskriminasi lain yang lebih mendasar, seperti larangan pemakaian hijab di lingkungan kerja atau keharusan para pekerja perempuan untuk menggunakan seragam seronok yang tidak sesuai dengan kenyamanan dan keinginan mereka? Atau juga diskriminasi yang kerap dirasakan dan terjadi pada kaum perempuan yang bercadar? Juga diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas yang kerap ditolak untuk bekerja dilingkungan tertentu?’’ kata Evi.
Satu-satunya legislator wanita asal Dapil Jatim 2 ini meyatakan bahwa negara sedang berada di era perang asimetris. ‘’Peperangan tidak lagi menggunakan senjata dan angkatan perang. Tetapi menggunakan media sebagai salah satu kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir yang dapat mengarahkan pandangan suatu bangsa pada kemunduran dan kerusakan moral. Perang moral ini dampaknya jauh lebih masif dan membahayakan terhadap kelangsungan masa depan bangsa dan generasi,” kata Evi.
Evi kemudian mengajak para tokoh ulama dan masyarakat yang tergabung dalam ISHARI untuk mewaspadai bersama kemungkinan adanya perang asimetris terselubung yang bisa saja telah terjadi, namun belum sepenuhnya kita sadari.
‘’Terhadap berbagai isu yang merusak generasi, kita harus waspada. Tapi kita juga harus hati-hati bersikap. Tetaplah memanusiakan manusia. Namun disisi lain juga terus teguh dalam menjaga kelangsungan norma kehidupan bagi seluruh generasi muda karena ancaman perang asimetris terus mengintai jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa besar yang beradab dan berkeadilan sosial,’’ Evi mengakhiri paparan, disusul tepuk tangan penuh semangat para peserta sosialisasi. (*/*)