Museum-museum di NTT tengah menghadapi tantangan besar di tengah perubahan zaman yang semakin dinamis. Anggota Komisi X DPR RI Anita Jacoba Gah menyatakan komitmennya untuk mendorong revitalisasi museum demi pelestarian budaya dan pendidikan generasi mendatang. Sebab itu, ia menyoroti ketimpangan besar antara kebutuhan anggaran dan alokasi yang tersedia dari pemerintah daerah.
Menurutnya, museum di NTT membutuhkan dana sebesar Rp90-100 miliar untuk revitalisasi menyeluruh, termasuk pembangunan beberapa gedung baru. Namun, berdasarkan laporan yang ia terima, pemerintah daerah hanya mampu menyediakan anggaran sebesar Rp450 juta.
Padahal, berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan NTT, museum-museum tersebut kini menampung lebih dari 5.000 koleksi artefak sejarah, termasuk peninggalan prasejarah, seni tradisional, hingga dokumentasi kebudayaan lokal. Namun, akibat minimnya dana, banyak koleksi yang tidak terawat dengan baik, gedung yang rusak, dan fasilitas yang jauh dari kata memadai.
“Ini jomplang sekali. Kalau anggaran sebesar ini hanya disiapkan, sangat mustahil museum bisa berkembang,” ungkap Anita kepada Parlementaria usai mengikuti agenda Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI ke UPT Museum Daerah Provinsi NTT, Kota Kupang, NTT, Sabtu (7/12/2024).
Dalam rangka mengatasi keterbatasan ini, Anita mengusulkan skema anggaran bertahap di APBN Perubahan (APBN-P) 2025. Ia menjelaskan, APBN 2025 sudah terkunci, sehingga peluang terbesar untuk mengatasi persoalan itu adalah melalui APBN-P 2025.
"Kami bisa mulai dengan alokasi Rp10-20 miliar untuk tahap awal, lalu dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya hingga mencapai kebutuhan total," jelasnya.
Di sisi lain, Anita menegaskan bahwa pemerintah daerah harus turut andil memastikan revitalisasi museum di NTT bisa diimplementasi. “Pemerintah daerah harus serius, terutama dalam menyusun rencana yang jelas. Kalau ingin mendapat bantuan dari pusat, harus ada grand design, perencanaan yang matang, serta pengawasan yang ketat terhadap penggunaan anggaran,” imbuhnya.
Politisi Fraksi Partai Demokrat itu mengingatkan, perjuangan untuk mendapatkan anggaran besar ini tidak bisa dilakukan sendiri. Semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga masyarakat, harus bersinergi. "Tanpa kolaborasi, perjuangan ini tidak akan optimal. Semua stakeholder harus bekerja sama untuk memastikan keberhasilan revitalisasi museum ini,” ujarnya.
Jika revitalisasi betul-betul terjadi, menurutnya, museum akan menjadi sarana pendidikan sekaligus pelestarian sejarah dan budaya. “Museum bukan hanya gedung, tapi jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan peradaban dan warisan leluhur mereka. Jika tidak dilestarikan, kita akan kehilangan identitas,” terangnya.
Sebagai wakil rakyat NTT, Anita berkomitmen memperjuangkan di tingkat nasional. Namun, ia menekankan agar seluruh pihak terkait mendukung dengan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang transparan dan akuntabel. "Setiap rupiah harus dimanfaatkan untuk tujuan yang jelas dan terukur," tegasnya.
Baginya, museum-museum di NTT bukan hanya simbol budaya, tetapi juga investasi bagi pendidikan dan kebanggaan masyarakat. Dengan komitmen dari berbagai pihak, harapnya, NTT memiliki museum sebagai pusat pelestarian budaya yang dapat dibanggakan. (ums/rdn)
( sumber : dpr.go.id )